Nama : Marek Janota
TTL : Warsawa, Polandia 13 Oktober 1937
Posisi : Pelatih Kepala
Julukan : -
Ia mendapatkan gelar Master of Physical Education dari Wychowenie Fizycnego, semacam Akademi Pendidikan Jasmani di Warsawa tahun 1963 dengan sertifikat spesialis pelatih sepak bola. Janota juga memegang sertifikat kepelatihan dari PSSI-nya Polandia. Janota pun mengantongi sertifikat dari “Chairman Committee of Physical Culture and Touring” (KONI-nya Polandia) yang menobatkannya sebagai First Class Trainer alias Pelatih Kelas Satu pada Februari 1971.
Di negaranya, Janota tercatat pernah menangani tim nasional remaja dan junior. Ia pertama kali datang ke Indonesia di penghujung 1977 membesut tim Persija Jakarta. Setelah membawa Persija menjuarai Divisi Utama 1979, Marek Janota ditarik PSSI, yang saat itu dipimpin Ali Sadikin, untuk membela tim nasional. Targetnya adalah juara Sea Games Jakarta 1979.
Namun Marek tidak memiliki kesempatan untuk berjuang di turnamen. Penyebabnya adalah hasil buruk yang dicapai PSSI Utama di Piala Kirin di Jepang dimana Rudy Keltjes dkk. dibantai Tottenham Hotspurs 6-0, Fiorentina 4-0 dan tim tuan rumah 4-0.
Pelatnas sebulan di Yogyakarta tidak berbuah manis. Beberapa pekan setelah tiba di Jakarta, Marek pun buka suara "di PSSI terlalu banyak orang yang menganggap dirinya pintar," katanya di Kompas 14 Juni 1979. "Semua mau campur tangan. Ini bukan cuci tangan. Pelatih manapun tidak akan membawa hasil yang baik. Anda bayangkan, sampai latihan fisik saja dicampuri. Katanya terlalu berat. Padahal saya sudah menerapkannya di Persija dan mereka berhasil". Janota akhirnya digantikan Wiel Corver dari Belanda.
Janota pun berlabuh ke kota Bandung atas pinangan dari Solihin GP disaat PERSIB terpuruk ke Divisi I akibat terdegaradasi di tahun 1979. Di kota kembang ini ia diembani tugas untuk menemukan talenta-talenta muda sebagai proyek regenerasi. Dengan pola kepelatihan yang menekankan disiplin dan latihan fisik yang keras, hasilnya sangat memuaskan, nama-nama besar seperti Adjat Sudradjat, Robby Darwis, Iwan Sunarya adalah hasil dari tangan dinginnya.
Sayangnya, karena konflik dan berbagai kepentingan terjadi di tubuh kepengurusan PERSIB saat itu, akhirnya ia menjadi korban dan dilengserkan sebelum melihat “anak temuannya” berhasil menjuarai Kompetisi di Indonesia. Meskipun ia tak sempat mengantarkan PERSIB menjadi juara, tapi semua orang tahu bahwa PERSIB ’86 yang disebut-sebut sebagai generasi emas, lahir berkat jasa besarnya.
Categories:
Biodata Pelatih