PERSIB History

Republik Design - Astrajingga Emoticon
WILUJENG TEPANG TAUN PERSIB BANDUNG NU KA 81 TAHUN!! PERJALANAN PANJANG INI MEMBUAT CATATAN SEJARAH SEMAKIN PANJANG DAN KOMPLEKS, MAKA PERSIBhistory AKAN SEGERA BERUBAH TAMPILAN DAN ADA TAMBAHAN FITUR UNTUK LEBIH MEMAKSIMALKAN PENCATATAN SEJARAH DARI KLUB YANG KITA CINTAI INI...


Nama       : Max Timisela
TTL          : Cimahi, 7 Mei 1944
Posisi      : Gelandang - Asisten Pelatih
Julukan    : -

Pemain keturunan Maluku, tetapi lahir di Cimahi ini menempati posisi sebagai gelandang, ia mulai bergabung bersama PERSIB sejak tahun 1962, dan mulai menjadi tulang punggung kira-kira periode 60’an akhir atau awal 70’an. Max Timisela adalah pemain dengan talenta dan bakat alam yang luar biasa, ia dikenal memiliki kemampuan brilian mengolah bola, lari yang cepat, tendangan akurat, serta visi bermainnya yang istimewa, Ia juga piawai menjebol gawang lawan dengan aksi "Balik Bandung" atau kontra salto.

Meskipun secara prestasi di Perserikatan saat itu PERSIB paceklik gelar, namun di ajang turnamen PERSIB justru beberapa kali meraih gelar Juara. Prestasi bersama PERSIB yang pernah diraihnya tidak main-main, antara lain membawa Piala Jusuf di Makassar, Piala Surya di Surabaya, dll. Dari situlah nama Max terkenal ke seluruh tanah air hingga menjadi langganan tim nasional. 

Ketika bergabung dengan timnas PSSI, membawanya pergi keberbagai negara di belahan dunia. Ketika Tur Eropa melawan klub dari Jerman, Werder Bremen pada tahun 1965, timnas kalah 5-6. Max berhasil mencuri perhatian dengan mencetak dua gol. Saat itu juga, pelatih Werder Bremen, Heer Brocker sempat kepincut untuk merekrutnya. Mereka tercengang akan kemampuan pemain ini yang sekelas dengan pemain Eropa, akhirnya Wali Kota Bremen melayangkan pinangan langsung pada Wali Kota Bandung saat itu yaitu Otje Djunjunan. Max pun berkostum Werder Bremen sebelum akhirnya diminta untuk pulang kembali ke Indonesia atas perintah dari Menteri Olah Raga saat itu, Muladi.

Max Timisela gantung sepatu pada usia hampir 35 tahun, tepatnya pada tahun 1978 saat PERSIB terdegradasi ke Divisi I. Seandainya saja saat itu ia masih berusia muda, tentu ia akan terus berjuang bersama PERSIB meskipun bertanding di divisi I. Selain itu PERSIB saat itu sudah seharusnya melakukan regenerasi dengan member kesempatan kepada yang lebih muda.

Setelah pensiun, Max Timisela pernah menjadi asisten pelatih dalam rentang waktu tahun 1986–1990. Prestasi yang dia dapat ketika menjadi asisten pelatih ialah saat dia menjadi asisten pelatih dari Nandar Iskandar, ketika itu PERSIB berhasil meraih juara di Kompetisi Perserikatan 1986.

Sebarkan Artikel Ini Melalui : Facebook Twitter Google+
Republik Design