PERSIB History

Republik Design - Astrajingga Emoticon
WILUJENG TEPANG TAUN PERSIB BANDUNG NU KA 81 TAHUN!! PERJALANAN PANJANG INI MEMBUAT CATATAN SEJARAH SEMAKIN PANJANG DAN KOMPLEKS, MAKA PERSIBhistory AKAN SEGERA BERUBAH TAMPILAN DAN ADA TAMBAHAN FITUR UNTUK LEBIH MEMAKSIMALKAN PENCATATAN SEJARAH DARI KLUB YANG KITA CINTAI INI...


Nama     : Emen Suwarman
TTL        : Majalengka, 18 Mei 1939
Posisi    : Gelandang – Asisten Pelatih
Julukan  : Guru

Bermain sepak bola adalah hobinya sejak kecil. Dengan giat berlatih di sekitar rumahnya di daerah Majalengka membuat skillnya semakin terasah dan dikenal di wilayah Majalengka. Emen kemudian memperkuat Persima Majalengka selama 3 tahun. Kemudian, dia dipinjam untuk memperkuat tim Korem Cirebon pada kejuaraan sepak bola antar-Korem se-Jawa Barat di Stadion Siliwangi Bandung tahun1958.

Penampilan Emen pada kejuaraan itu membuat Pangdam VI/Siliwangi, Kolonel Ibrahim Adjie, terpikat. Ia memerintahkan anak buahnya untuk memindahkan Emen ke Bandung memperkuat PSAD.. Emen resmi pindah ke PSAD pada tahun 1960, dan di tahun itu juga ia mulai memperkuat PERSIB dan tim Jabar pada PON V/1960 di Bandung.

Saat PERSIB meraih juara Kompetisi Perserikatan 1960/1961, Emen belum masuk tim inti  Saat itu, PERSIB memiliki banyak pemain, sehingga dibentuk tiga tim yaitu PERSIB Garuda, Harimau, dan Banteng. Eman mendapat jatah di PERSIB Banteng.

Saat di tahun 1961, PSSI menggelar invitasi sepak bola di Senayan, yang diikuti lima klub, yakni PERSIB, Persija, Persebaya, PSMS, dan PSM, Emen sudah memperkuat PERSIB, saat itu PERSIB tampil sebagai juara tanpa terkalahkan. Penampilan Emen akhirnya memikat Tony Pogacnic, Pelatih PSSI. Emen dipanggil untuk memperkuat Indonesia pada Asian Games 1962. Mulai saat itu Emen berkali-kali membela tim nasional di berbagai ajang internasional.

Emen memiliki fisik yang kuat, ibaratnya singa liar ketika di dalam lapangan. dia dikenal berani bermain keras dan tanpa kompromi. Hal itu ditunjang pula dengan kemampuan teknik individunya yang cukup tinggi, umpannya akurat serta punya tendangan yang sangat keras. Bisa dikatakan, dia adalah pemain yang lengkap.

Maka pantaslah jika dia kita nobatkan sebagai salah seorang legenda sepakbola Indonesia. Pemain yang berposisi sebagai gelandang ini memang tidak setenar Wowo Sunaryo, Ramang, Sucipto, dll, tapi dia menjadi bagian terpenting di timnas Indonesia era 60’an. Ia membawa timnas meraih juara pada beberapa event internasional.

Tahun 1964, Emen pensiun dari status sebagai pemain nasional, pada usia 25 tahun. Namun, dia masih tetap memperkuat PERSIB sampai tahun 1973.

Setelah pensiun sebagai pemain PERSIB, Emen Suwarman mendapat kepercayaan menjadi asisten pelatih PERSIB bersama Djajang Nurdjaman pada Kompetisi Perserikatan 1993/1994 dan Liga Indonesia I 1994/1995. Pelatih kepala PERSIB saat itu, Indra Thohir. Pada dua event itu, PERSIB meraih juara. Posisi Emen terus bertahan sampai PERSIB tampil pada Liga Champions Asia. 

Pengabdian Emen terhadap PERSIB tidak ada yang menyaingi dan bisa bilang nyaris tanpa batas. Pada Kompetisi Liga Indonesia VII 2001, Emen masuk kembali dalam jajaran ofisial PERSIB. Jabatannya menjadi masseur. Ia bertahan hingga kompetisi 2003. Pada kompetisi 2005, dia masuk kembali dengan posisi tetap sebagai masseur, dan dipertahankan hingga kompetisi 2007. Sebenarnya, nilai penghargaan prestasi dia dulu dengan jabatan saat ini sebagai masseur, tak sebanding. Namun, hal ini tidak membuat Emen merasa rendah diri.

Seorang masseur merupakan bagian terpenting dalam klub. Saya sudah merasakan ketika masih aktif menjadi pemain karena sering dipijat masseur tim. Jika pemain ada yang cedera otot atau pegal-pegal, menjadi tugas masseur untuk menyembuhkannya. Saya menikmati pekerjaan ini,” ujarnya.

Sebarkan Artikel Ini Melalui : Facebook Twitter Google+
Republik Design