Menurut pengamatan kami, keberadaan calo di pertandingan PERSIB sudah ada di era 70’an. Bahkan mungkin lebih tua dari itu seandainya saja kami mau menelusuri lebih dalam lagi. Namun terlepas dari itu semua, seorang calo jaman dahulu sampai sekarang masih konsisten dengan “gaya”nya yang membuat sebuah harga tiket jadi jauh melambung.
Pertandingan PERSIB yang selalu menjadi magnet bagi para bobotoh adalah ladang empuk bagi para calo untuk mengambil kesempatan itu. Sejatinya harga pertandingan PERSIB yang bisa dikategorikan sudah mahal (dibandingkan dengan pertandingan sepakbola di kota lainnya), merangkak naik hingga ratusan persen di tangan para calo. Tengok saja pertandingan PERSIB melawan klub-klub yang dianggap rival seperti Persija, Arema, dan lainnya, untuk sebuah tiket VIP dari harga normal sekitar 125 ribu rupiah bisa menembus angka 500 ribu bahkan lebih!
Sebenarnya calo-calo ini bisa dikelaskan menjadi 2 kategori, yang pertama dan umum dijumpai adalah mereka yang menawarkan langsung ke calon penonton. Biasanya kelompok ini adalah pengecer. Sedangkan kategori kedua adalah Bandar, dialah yang mendistribusikan tiket kepada calo-calo pengecer. Hebatnya lagi si Bandar ini selalu punya cara untuk memperoleh tiket. Kenapa bisa dibilang hebat? Bandingkan dengan bobotoh yang bermaksud menonton pertandingan, mereka sudah berjuang memburu tiket secara resmi dari beberapa hari sebelumnya, bahkan di hari H banyak yang sudah mengantri di depan loket resmi dari subuh! Tapi hasilnya, ungkapan klise yang sudah ada sejak jaman dahulu: TIKET SUDAH HABIS. Sementara di tangan calo, gepokan tiket dari bermacam tribun mereka punyai. Alhasil bobotoh harus merogoh kocek lebih dalam lagi untuk menyaksikan tim kesayangannya itu.
Kepengurusan sudah berganti beberapa kali, begitupun dengan panpel, tapi tetap saja calo selalu eksis seolah menjadi profesi legendaris dan bagian sejarah dari PERSIB itu sendiri. Jika ada pertanyaan, bisakah profesi calo dihilangkan? jawabannya bisa saja, tapi perlu keseriusan dalam menangani hal ini.
Selain itu, kondisi "pertiketan" semakin diperparah oleh adanya pendukung karbitan, ketidakmampuan mereka untuk membeli tiket , mereka salurkan dengan cara menyuap oknum petugas yang menjaga pintu. Kebiasaan bodoh antara petugas dan pendukung karbitan ini sudah terjadi dari jaman bareto.
Oknum petugas yang sudah diberi amanah untuk suksesnya penyelanggaraan pertandingan justru menjadi musuh dalam selimut. Dari mulai menerima uang sogokan secara langsung sampai mendaur ulang tiket yang sengaja tidak dirobek untuk dijual kembali. Miris! Ngakunya beragama tapi mencari tambahan penghasilan dari cara kotor seperti itu. Harapan kami tentunya pihak Panpel lebih tegas dan selektif dalam memilih petugas di pintu masuk. Sementara “peupeujeuh” untuk para bobotoh yang menemui oknum petugas seperti itu: LAWAN! TUHAN BERSAMA ORANG-ORANG YANG BERANI!
----------------------------------------------------------------------------------------------------
PERSIB HISTORY, sejarah terlengkap sang juara dari awal berdiri, era perserikatan hingga sekarang, juga dilengkapi dengan download Wallpaper dan Video Persib
----------------------------------------------------------------------------------------------------