Catatan Kang Nawi Episode 5
Ada yang lain saat pertandingan PERSIB versus Persepam Minggu (19/5/13) lalu, ya... saat itu saya tidak dapat datang ke Stadion Si Jalak Harupat seperti biasanya dikarenakan Diare. Sejak malam minggu saya bulak-balik ke kamar mandi, untuk buang air besar tentunya. Saat buang anginpun baunya tidak seperti biasanya, yang ini lebih menyengat atau lebih tepatnya meledek. Begitupun saat buang air besar..., (maaf) “Broottt... dut...berebet... werrr...”, bunyi terakhir menandakan yang keluar adalah cairan, bukan gelempengan seperti biasanya, atau yang dalam bahasa kedokteran biasa disebut mencret. Alhasil pada minggu sore itu saya hanya menonton PERSIB di TV sambil ditemani segelas kopi dan bala-bala, memang terasa lebih nyaman, tapi suasana di Stadion tetap lebih mengasyikan daripada menonton di Televisi.
Yang membuat saya kaget adalah saat reporter di televisi mengatakan bahwa kota Bandung apabila PERSIB sedang main seperti kota mati, dikarenakan semua orang menonton PERSIB baik di stadion maupun di televisi di rumah masing-masing (mungkin bagi pembaca yang menonton PERSIB di televisi masih ingat dengan perkataan reporter itu). Saya baru sadar karena selama ini tidak pernah terpikirkan apa yang dikatakan oleh reporter itu, mungkin terlalu asyik menikmati pertandingan PERSIB, sehingga tidak memperhatikan situasi diluar. Maka cepat saya ambil telepon dengan mata masih tetap menatap televisi, saya telepon seorang teman, Fian namanya, dia memang tidak menyukai sepakbola, dan kebetulan dia bekerja di sebuah travel, jadi saat ini dia pasti sedang di jalan.
“Dimana mang...??” Tanyaku sesaat setelah telepon diangkat.
“Di Dago..., biasa nganteur tamu.”
“Di jalan sepi mang??” tanyaku lagi.
”Enya puguhan..., ieu urang turun ti simpang ngan aya tilu mobil..., tuh opat ayeuna mah, aya nu karek kaluar ti outlet. Aya naon nya?? meni asa keu’eung kieu.” Jawab Fian dengan suara penuh tanda tanya.
“Ah teuing atuh..., rek perang meureun. Geus nya??” Kataku menutup pembicaraan.
“Eh... teu aleg!!” Terdengar suara Fian sesaat sebelum aku menutup telepon.
Aku telepon teman lagi, yang tidak suka sepakbola tentunya, sekedar ingin mengetahui situasi diluar kalau PERSIB sedang main.
Kali ini yang ku telepon namanya Eeng, anak Brotherhood.
“Hallo..., dimana mang??”
“Kabeneran euy, nungguan nu nelepon, urang euweuh pulsaan.”
“Kunaon kitu mang??” Tanyaku memancing.
“Rek nanya..., aya naon nya meni sepi-sepi teuing??, ieu urang keur di Otista, asa keur lebaran..., lenglang, euweuh jelema..., ngan urang weh sorangan.”
“Teu apal atuh mang..., ngke saya telepon deui nya, aya tamu.” Kataku agar pembicaraan cepat selesai. Karena memang tujuanku hanya ingin mengetahui situasi diluar.
“Teu baleg maneh mah...” Gerutu temanku sambil menutup telepon.
Aku telepon lagi, kali ini keponakan perempuanku, namanya Ambar.
“Iya Om...??” Katanya diseberang sana, setelah telepon tersambung.
“Lagi diluar??” Tanyaku.
“Iya.”
“Sepi??”
“Rame banget Om..., gila..., banyak orang banget!!” Katanya dengan suara sayup-sayup karena gaduh.
“Rame?? Naha nya?? emang lagi dimana??” Tanyaku heran.
“Di Jalak Harupat Om, lagi jadi SPG rokok.”
“Euh atuh..., nya pasti rame didinya mah..., udah ah.” Kututup telepon.
Satu kesimpulanku..., terlepas dari benar atau tidaknya informasi dari temanku, PERSIB memang seperti magnet bagi warga Bandung. Selalu menyedot perhatian, penampilannya selalu ditunggu, selalu membuat penasaran, bahkan bagi yang tidak suka sepakbola sekalipun. Dengan pemberitaan yang hampir setiap hari di media masa (bahkan salah satu surat kabar menampilkan berita PERSIB sebanyak 3 halaman penuh setiap harinya), belum lagi kehebohan supporter saat PERSIB akan bertanding, sejak pagi sudah banyak Bobotoh yang lalu lalang di kota Bandung, konvoi kendaraan, kerumunan Bobotoh di sepanjang jalan dan masih banyak lagi. Hal-hal seperti itu yang membuat kota Bandung menjadi berbeda di saat PERSIB akan bertanding, atmosfer yang terbangun dengan sendirinya, atas dasar kecintaan pada tim yang didukungnya, tanpa mengenal pamrih. Dan yang hebatnya, itu bukan hanya terjadi di kota Bandung saja, meskipun ini baru cenah, tapi katanya hampir di seluruh kota-kota yang ada di Jawa Barat apabila PERSIB akan bertanding, animo masyarakatnya luar biasa, karena PERSIB memang milik rakyat Jawa Barat dan rakyat Jawa Barat adalah PERSIB. Bayangkan..., sebuah klub sepak bola di dukung oleh satu Provinsi.
Saya pernah mengobrol dengan teman saya yang berasal dari Jawa Tengah, Madura, Bali dan Papua, mereka memang mengakui kalau Bobotoh memang berbeda. Tidak seperti supporter di daerah mereka, katanya Bobotoh terlihat lebih memakai hati, lebih wah..., terasa lebih “di nyaankeun” dalam mendukung PERSIB Bandung, sehingga atmosfer yang terbangunpun terasa jauh berbeda bila dibandingkan dengan di daerah mereka. Apabila Persib akan bertanding, di setiap sudut kota obrolan tidak akan jauh dari PERSIB, baik itu di pasar, Mall, sekolah bahkan di perkantoran, sehingga pantas bila Bandung dikatakan kota PERSIB karena kefanatikan warganya terhadap PERSIB.
Tercatat dalam sejarah bahwa Stadion Gelora Bung Karno yang kapasitasnya kurang lebih 100.000 orang pernah dipenuhi oleh supporter PERSIB saat final perserikatan antara PERSIB Bandung melawan PSMS. Bahkan saat itu jumlah penonton melebihi kapasitas Stadion hingga mencapai 120.000 orang, yang sebagian besar adalah supporter PERSIB, dan saya adalah salah satunya. Konon sampai saat ini rekor jumlah penonton itu belum pernah terpecahkan.
Sepakbola memang merupakan olahraga yang paling digemari di dunia. Bahkan sebagian orang menganggap sepakbola bukan sekedar olahraga, tapi sudah menjadi suatu gaya hidup, ideologi bahkan agama, seperti yang terjadi di Brazil dan Argentina.
Sebuah klub sepakbola tidaklah menjadi besar tanpa kehadiran para supporter. Supporter ini merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari Sepakbola. Kecenderungan supporter sepakbola yang fanatik rasanya sulit ditandingi oleh kefanatikan dalam bidang olahraga bahkan aspek kehidupan lainnya.
Begitupun dengan supporter PERSIB Bandung, kefanatikannya saya rasa sulit ditandingi oleh supporter daerah lain, bahkan apabila anda bertanya pada supporter PERSIB, “ kenapa anda sangat fanatik dalam mendukung PERSIB??”, saya rasa mereka akan bingung juga untuk menerangkannya, karena rasa fanatik dan kecintaannya terhadap PERSIB seolah-olah sudah ada sejak dia dilahirkan, mengalir dalam darahnya dan mungkin juga sudah satu paket dengan garis takdirnya, Rezeki, Mati, Jodoh dan PERSIB.
Penulis
Bobotoh sejak 1972
----------------------------------------------------------------------------------------------------
PERSIB HISTORY, sejarah terlengkap sang juara dari awal berdiri, era perserikatan hingga sekarang, juga dilengkapi dengan download Wallpaper dan Video Persib
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Categories:
Home,
Rubrik Gabred