PERSIB History

Republik Design - Astrajingga Emoticon
WILUJENG TEPANG TAUN PERSIB BANDUNG NU KA 81 TAHUN!! PERJALANAN PANJANG INI MEMBUAT CATATAN SEJARAH SEMAKIN PANJANG DAN KOMPLEKS, MAKA PERSIBhistory AKAN SEGERA BERUBAH TAMPILAN DAN ADA TAMBAHAN FITUR UNTUK LEBIH MEMAKSIMALKAN PENCATATAN SEJARAH DARI KLUB YANG KITA CINTAI INI...

Diawali dengan gonjang ganjing kepengurusan di PSSI, peralihan pimpinan serta pengurus PSSI dari Nurdin Halid cs ke kubu Djohar Arifin cs ternyata belum memberikan angin segar bagi persepakbolaan Indonesia. PSSI kepengurusan baru seperti kebingungan menentukan format kompetisi yang ideal untuk negara ini.

Ketidakjelasan kapan kompetisi akan bergulir, membuat kubu PERSIB seolah menunggu kepastian terlebih dahulu sebelum menentukan pemainnya. Manajer PERSIB, H. Umuh Muchtar (saat ini bertugas "hanya" menjadi Manajer, sementara direktur utama PT.PBB dijabat oleh Glen Sagita) paling banyak mendapat sorotan mengenai kelambanan dalam hal penentuan pelatih, dan perekrutan atau perpanjangan kontrak pemain.

Ketika awal kompetisi sudah menemukan sedikit titik terang, tim 4 (Glen Sagita, Umuh Muchtar, Zainuri Hasyim, Taryono Supandi) mulai bekerja, beberapa nama pelatih top menjadi daftar buruan, namun pilihan rupanya jatuh kepada Rahmad Darmawan yang musim sebelumnya menangani tim rival Persija Jakarta. Tetapi sayang, pelatih yang satu ini terlanjur diembani tugas negara untuk melatih timnas U-23. Meskipun kubu PERSIB tetap berusaha untuk melobi Rahmad dan juga petinggi PSSI tetapi harapan untuk memboyong pelatih ini ke kota kembang menjadi sirna.

Keputusan untuk memutuskan pelatih pun kembali tertunda untuk kesekian kalinya, bobotoh pun mulai mempertanyakan kinerja manajemen PERSIB. Tetapi dengan pertimbangan yang cukup matang (meskipun sebenarnya "mencla mencle" karena sebelumnya manajemen menyatakan tertutup untuk pelatih asing) akhirnya manajemen PERSIB "menemukan" sosok pelatih asal Kroasia yang pernah sukses mengangkat timnas Myanmar. Drago Mamic, sukses diboyong ke markas Maung Bandung. Melihat dari track recordnya, kekecewaan bobotoh mendadak sirna dan berubah menjadi harapan baru.

Kali ini Drago Mamic dibantu oleh asisten pelatih Robby Darwis, Anwar Sanusi, dan ditambah dengan Dino Sefrianto yang beberapa musim sebelumnya pernah juga menjadi asisten pelatih fisik PERSIB. Diluar penunjukan Mamic dan Dino, sebenarnya penunjukan kembali Robby Darwis dan Anwar Sanusi menuai kritikan terutama dari para mantan PERSIB, mereka menilai kinerja 2 orang tersebut selama ini tidak menghasilkan prestasi untuk PERSIB, tetapi manajemen tetap pada keputusannya.

Yang lebih menarik adalah pemain yang akan membela PERSIB di kompetisi kali ini. Nama-nama besar seperti Christian Gonzales, Hilton Moriera, Matsunaga Shohei, Nova Arianto, Markus Horison, Isnan Ali, dan Gilang Angga tidak diperpanjang kontraknya. Tetapi bobotoh tidak khawatir karena manajemen berhasil memboyong pemain jempolan seperti Jendri Pitoy, M. Nasuha, M. Ilham, Tony Sucipto, dan Aliyudin. 5 nama besar di kancah persepakbolaan Indonesia bahkan M. Nasuha, M. Ilham dan Tony Sucipto diantaranya merupakan pemain tim nasional yang penampilannya sedang menanjak. Tapi lucunya, ke-5 orang tersebut musim lalu merupakan pemain inti dari tim Persija yang merupakan seteru abadi PERSIB. Konon eksodus besar-besaran para pemain Persija ini atas rekomendasi dari Rahmad Darmawan yang sempat hampir pasti menjadi pelatih PERSIB namun kemudian gagal.

Pemain pun diumumkan, selain 5 orang tadi, PERSIB pun merekrut Jajang Sukmara (mantan PERSIB U-21) yang memperkuat Timnas U-23, Sigit Hermawan (mantan PERSIB U-21 yang musim lalu juga memperkuat Persija), dan striker anyar yaitu Zdravko Dragicevic (musim sebelumnya sempat akan memperkuat PERSIB tapi karena terbentur aturan kuota pemain asing yang sudah habis akhirnya batal bergabung). Striker yang merupakan sahabat dari Miljan Radovic ini dianggap masih pantas berbaju PERSIB kali ini, sehingga PERSIB tidak ragu untuk melepas striker asing-nya musim yang lalu. Sementara dari kubu Maung Ngora menyumbangkan pemain-pemain diantaranya Budiawan, Rian Permana, M. Agung Pribadi, Rizky Bagja.

Nama Siswanto sempat dipertahankan oleh manajemen, tetapi 1 hari sebelum peluncuran skuad PERSIB, Siswanto menyatakan diri untuk bergabung dengan Sriwijaya FC. Kehebohan terjadi ketika Eka Ramdani dan pemain muda harapan, Diaz Angga Putra memutuskan meninggalkan PERSIB dan bergabung dengan Persisam Samarinda. Eka Ramdani yang selama ini dianggap sebagai icon PERSIB dicap sebagai pengkhianat dan tak ayal menjadi musuh nomor 1 bobotoh, meskipun sebenarnya perpindahan pemain di era profesional sebenarnya adalah hal yang lumrah.

Akibat dualisme kompetisi antara LPI dan ISL, PERSIB memutuskan untuk mengikuti perkembangan, Kompetisi yang terbaik itulah yang akan diikuti PERSIB, begitulah kira-kira yang ada di benak manajemen PERSIB. Meskipun dianggap tidak memiliki sikap, tapi justru itulah sikap PERSIB saat itu, tidak terbawa arus kepentingan orang-orang yang justru memecah belah persatuan sepakbola Indonesia. Akhirnya setelah melalui pertimbangan yang cukup panjang, PERSIB memutuskan untuk bergabung di LPI, kompetisi resmi di bawah PSSI.

PERSIB mengawali kompetisi pada partai pembuka Liga Primer Indonesia melawan Semen Padang di Bandung, bermain di kandang sendiri PERSIB tidak menunjukan kualitasnya sebagai tim bertabur bintang, pertandingan pun berakhir dengan skor imbang 1-1. Tidak lama setelah partai pembuka tersebut, PERSIB kemudian berubah fikiran dan melayangkan surat pengunduran diri dari LPI dan akhirnya bergabung dengan ISL, yang memang jika dilihat dari tim dan pemain yang berlaga di ISL dianggap lebih berkelas. Kubu ISL pun menyambut baik bergabungnya kembali PERSIB ke kompetisi "kasta tertinggi" Indonesia.

Mengarungi ISL dengan sederet pemain bintang bukan jaminan bagi PERSIB untuk merajai kompetisi ini. Grafik permainan yang naik turun dan tidak pernah menang di kandang lawan membuat bobotoh mulai gerah. "Penyakit" lama PERSIB belum bisa terobati, manajemen pun akhirnya memutuskan kontrak sang pelatih. Drago Mamic resmi mundur dan kursi panasnya diisi oleh sang asisten Robby Darwis. Di tangan Robby Darwis, prestasi PERSIB tak lebih baik dibanding pelatih sebelumnya.

Hingga di paruh musim, Manajemen melakukan evaluasi. Robby Darwis tetap dipertahankan namun kali ini manajemen mendatangkan pelatih legendaris Indra Thohir untuk membantu urusan teknis. Beliau diangkat menjadi Direktur Teknik. PERSIB pun menambah amunisi baru, Moh. Nor Alam Shah (dari Singapura yang musim sebelumnya sukses menjadi icon Arema Malang) dan Marcio Souza (Striker yang sudah malang melintang di ISL) di datangkan untuk mempertajam barisan depan. Pemain yang dianggap kurang memberikan kontribusi seperti Moses Sakyi dicoret menyusul pencoretan Zdravko Dragicevic jauh-jauh hari sebelumnya (Zdravko hanya diturunkan di laga perdana LPI, sementara ketika PERSIB sudah bergabung dengan ISL ia tidak pernah diturunkan sama sekali).

Penambahan amunisi baru ini lumayan mengangkat permainan PERSIB. Permainan cantik PERSIB mulai terlihat meskipun masih saja belum stabil. Hingga akhir kompetisi, PERSIB harus puas di urutan 8 klasemen.

Catatan lain di musim ini:

Berita duka datang untuk keluarga besar PERSIB, ketika salah seorang bobotoh menghembuskan nafas terakhir pada laga panas Persija vs PERSIB di Gelora Bung Karno. Rangga, meninggalkan kita semua sebagai seorang bobotoh sejati setelah mendapatkan perlakuan yang sangat tidak beradab oleh supporter ibukota tersebut.

Kursi Manajer H. Umuh Muchtar digoyang oleh beberapa pihak yang tidak puas, sebagian bobotoh yang terprovokasi ikut-ikutan mendemo agar H. Umuh mundur dari jabatannya karena dianggap terlalu intervensi kepada urusan teknis klub. H. Umuh pun memutuskan untuk mundur, namun pengunduran dirinya tidak disetujui oleh para petinggi PT. PBB. Akhirnya H. Umuh pun tetap memangku tugas hingga kompetisi berakhir.

Ditinggalkan Eka Ramdani, PERSIB memunculkan talenta-talenta baru. Point plus patut disematkan pada Jajang Sukmara dan Budiawan. Sebagai pemain muda, dua pemain ini mampu menembus skuad inti yang dihuni oleh para pemain bintang. Baik Jajang maupun Budiawan kerap menampilkan permainan yang mengundang decak kagum bobotoh, bahkan keduanya sempat menyumbangkan gol untuk PERSIB di musim ini.
Starting Eleven PERSIB di akhir Super Liga IV Tahun 2012

Skuad PERSIB Super Liga IV tahun 2012: Jendri Pitoy, Cecep Supriatna, Dadang Sudrajat, Rizky Bagja (Kiper), Maman Abdurahman, Wildansyah, Abanda Herman, Zulkifli Syukur, M. Nasuha, Toni Sucipto, Anggi Indra, Aldi Rinaldi, Rian Permana,  Jajang Sukmara, Dudi Sunardi, Budiawan, Hariono, Hendra Ridwan, Robbie Gaspar, Miljan Radovic, Atep, M. Ilham, Zdravko Dragicevic, Airlangga Sutjipto, Aliyudin, Moses Sakyi, Moh. Nor Alam Shah, Marcio Souza.

Tidak menunggu lama setelah liga berakhir, PERSIB sudah mempersiapakan timnya untuk berlaga di musim depan. Meskipun gonjang-ganjing persepakbolaan nasional akibat dualisme liga masih terus berlangsung, tetapi tidak menyurutkan PERSIB untuk tetap memperbaiki kinerjanya di musim depan.

Posisi pelatih kepala Robby Darwis akhirnya berakhir, dan penggantinya adalah Djadjang Nurjaman, pelatih lokal yang juga bisa dikatakan legenda PERSIB, beliau adalah mantan pemain PERSIB yang termasuk kedalam generasi emas tahun 80'an. Djadjang Nurjaman "mengalahkan" kandidat dari berapa pelatih lokal seperti Heri Kiswanto, Deni Syamsudin, Adjat Sudradjat, dan beberapa nama lainnya yang sempat santer masuk ke dalam bursa pelatih.

Indra Thohir yang berhasil mengangkat prestasi PERSIB musim 2011/2012 tetap dipertahankan, kali ini beliau menjabat sebagai Direktur Teknik. Duet Djadjang - Indra Thohir ini cukup menarik, mengingat 2 nama tersebut pernah membawa PERSIB menjadi juara pada Liga Indonesia pertama. Kala itu Indra Thohir menjabat pelatih kepala, Djadjang Nurjaman sebagai asistennya.

Djadjang Nurjaman dianggap telah memiliki pengalaman yang cukup untuk menangani tim sebesar PERSIB berkat pengalamannya sebagai asisten pelatih Pelita Jaya. Djadjang menerima pinangan PERSIB dengan diberikan kebebasan untuk menentukan pemain-pemain yang akan ditanganinya di musim depan. Hampir 60% pemain yang bermain di kompetisi 2011/2012 tidak diperpanjang kontraknya, sebagai penggantinya Djadjang sudah menyiapkan nama-nama yang kemudian ditindak lanjuti oleh manajemen yang bergerak cepat untuk mendapatkan tanda tangan kontrak pemain yang diinginkan Djadjang. Posisi asisten pelatih pun merupakan pilihan dari Djadjang sendiri, beliau memilih Sutiono Lamso, Asep Somantri untuk membantu kerjanya, dan Dino Syafrianto sebagai pelatih fisik serta Anwar Sanusi tetap dipertahankan sebagai pelatih penjaga gawang.

Tidak ingin mengulang kesalahan musim-musim sebelumnya yang terlambat dalam perburuan pemain, kali ini manajemen PERSIB bisa dibilang sukses menggaet hampir 90% pemain yang diinginkan Djadjang. Nama-nama tersebut adalah trio yang membawa Sriwijaya FC sebagai kampiun musim 2011/2012. Mereka adalah Firman Utina, Supardi, dan M. Ridwan. Kehadiran Supardi membuat posisi Zulkifli Syukur tidak masuk dalam skema permainan yang akan dimainkan oleh Djadjang Nurjaman. Nasib yang sama dialami oleh Miljan Radovic bintang PERSIB musim lalu, dia tidak dipertahankan. Pencoretan Zulkifli Syukur dan Miljan Radovic sempat menimbulkan pro dan kontra di kalangan pengamat dan bobotoh, tetapi Djadjang tetap bersikukuh pada pilihannya.

Pengganti Miljan adalah Mbida Messi, pemain Kamerun yang belum pernah merumput di Indonesia. Pilihan tersebut kembali dipertanyakan, namun Djadjang menggaransi bahwa Mbida Messi adalah pemain yang memiliki skill yang baik serta telah diminati beliau sejak menangani Pelita Jaya. Pemain tengah lainnya yang didatangkan PERSIB adalah Asri Akbar yang musim lalu bermain sangat baik untuk Persiba Balikpapan.

Di jajaran striker, Djadjang Nurjaman melakukan perombakan total. Kali ini dia mempercayai kepada Herman Dzumafo (Kamerun) dan Kenji Adachihara (Jepang), 2 striker yang bisa dikatakan striker papan atas Indonesia. Begitu juga dengan posisi penjaga gawang, Djadjang mendatangkan kiper berlabel timnas,  I Made Wirawan dan Shahar Ginanjar yang merupakan penjaga gawang muda binaannya di Pelita Jaya.

Untuk barisan belakang, Djadjang mempertahankan Abanda Herman, Maman Abdurahman, Toni Sucipto, M. Agung Pribadi dan Jajang Sukmara. Tambahan pemain di sektor ini adalah Aang Suparman, pemain kelahiran Bandung yang sebelumnya bermain di Persibo Bojonegoro yang tampil di Liga Primer Indonesia. Satu slot pemain asing untuk posisi stopper tadinya sempat dipilih pemain asal Australia, namun karena ketidak cocokan nilai kontrak pemain tersebut pun batal direkrut. Sempat tertunda beberapa lama untuk posisi ini sampai akhirnya PERSIB berhasil mendatangkan pemain asal Suriah, Naser Al Sebai.

Komposisi pemain ini mulai dicoba di beberapa pertandingan ujicoba melawan tim lokal. Hasilnya cukup memuaskan kecuali saat beruji coba melawan Persibangga. Pada pertandingan melawan tim tersebut PERSIB yang bertabur bintang harus menyerah 0-1. Merasa dipermalukan oleh tim yang levelnya jauh dibawah, PERSIB pun kembali mengundang Persibangga untuk re-match, hasilnya kali ini PERSIB berhasil membalas dengan skor 1-0 melalui gol Maman Abdurahman di menit 89. Meskipun menang, akan tetapi skor tipis (apalagi gol tercipta di menit akhir) membuat bobotoh sedikit meragukan skuad PERSIB musim depan.

Keraguan bobotoh akhirnya pudar ketika PERSIB berlaga di turnamen pra musim Celebes Cup tanggal 3-4 November 2012. Turnamen yang digelar di kota Bandung ini mempertemukan PERSIB dengan Makassar United di pertandingan pertama. PERSIB berhasil menang dengan skor telak 5-1 melalui hattrick Herman Dzumafo serta tambahan gol dari Atep dan M. Ridwan. Turnamen yang hanya diikuti oleh 4 tim tersebut membuat kemenangan di pertandingan awal langsung mengantarkan PERSIB ke babak final. Di partai puncak tersebut PERSIB harus berhadapan dengan sang juara Liga Indonesia 2011/2012 yaitu Sriwijaya FC. Kehebatan PERSIB untuk musim depan ini sudah terlihat di pertandingan tersebut, Sriwijaya berhasil dipermalukan dengan skor 1-0 melalui gol dari M. Ridwan yang tahun sebelumnya merupakan pemain kunci dari Sriwijaya FC. Kemenangan tersebut mengantarkan PERSIB menjadi juara. Gelar juara tersebut disambut dengan suka cita oleh seluruh jajaran PERSIB termasuk bobotoh yang sudah begitu rindu akan gelar juara.


PERSIBhistory 2012 - Juara Celebes Cup
Dzumafo dan Airlangga mencium piala  dok foto: Tribun Jabar
 
PERSIBhistory 2012 - Juara Celebes Cup
Siap merayakan pesta juara            dok foto: Inilah.com


Jadwal berikutnya adalah turnamen pra-musim Inter Island Cup. Turnamen yang sudah menjadi turnamen resmi dari PT. Liga Indonesia ini digelar bulan Desember 2012 dan PERSIB menjadi salah satu tuan rumah untuk babak penyisihan. Di grup tersebut PERSIB bergabung dengan Persepam Pamekasan Madura, Gresik United, dan Persidafon Dafonsoro.

Tampil dengan penuh percaya diri, terutama setelah menjadi kampiun di Celebes Cup. PERSIB berhasil mengalah Gresik United dengan skor 2-0 melalui gol Naser Al Sebai dan Kenji Adachihara. Pertandingan kedua PERSIB menggasak Persepam dengan skor 3-0 melalui gol Atep, Kenji Adachihara, dan Mbida Messi. Di pertandingan terakhir PERSIB mengandaskan Persidafon dengan skor 3-2. Hasil sempurna selama babak penyisihan membuat PERSIB digadang-gadang akan tampil sebagai juara di turnamen ini.

Kota Solo yang dipilih untuk menggelar babak semifinal mempertemukan PERSIB melawan Persisam Samarinda. PERSIB yang datang dengan sederet pemain bintang melawan Persisam yang dihuni oleh mayoritas pemain muda, sehingga diatas kertas PERSIB sangat diunggulkan untuk pertandingan ini. Namun ternyata hasil berkata lain, di atas lapangan PERSIB tidak berdaya oleh perjuangan penuh semangat dari anak-anak Samarinda ini. Di luar dugaan PERSIB takluk dengan skor yang meyakinkan, 0-2!!! Bobotoh pun urung untuk berpesta dan memupus harapan kita semua untuk menikmati 2 gelar juara di tahun yang sama.

Sebarkan Artikel Ini Melalui : Facebook Twitter Google+
Categories:
Republik Design