PSSI menggelar Kompetisi baru di tahun ini yaitu Piala Utama. Kompetisi yang mempertemukan klub-klub Perserikatan dengan Galatama. PERSIB sebagai Juara perserikatan menyambut kompetisi baru ini dengan percaya diri.
Mendapat kesempatan sebagai tuan rumah penyisihan Grup tidak disia-siakan PERSIB. Tergabung dalam Grup B yang terdiri dari Kramayudha Tiga Berlian, Arema Malang, dan Persija Jakarta, PERSIB kokoh di urutan pertama hasil dari kemenangan 4-0 atas Persija, kemudian membungkam tim wakil Galatama yaitu Kramayudha Tiga Berlian dan Arema Malang dengan skor 1-0.
PERSIB dan Kramayudha sebagai urutan kedua melaju ke babak semifinal yang akan digelar di Stadion Utama Senayan, Jakarta pada tanggal 25 Nopember. Sayang di pertandingan Semifinal yang diwarnai kericuhan itu, PERSIB harus takluk di tangan Pelita Jaya dengan skor 2-3. Kericuhan dipicu oleh gol Pelita Jaya yang berbau offside, pemain tidak terima hingga mengejar asisten wasit, begitupun dengan bobotoh, merasa kecewa tribun stadion utama Senayan pun jadi korban kemarahan. Akibat kejadian ini PERSIB diskors 6 Bulan tidak boleh menggunakan nama PERSIB.
![]() |
Djadjang Nurjaman memprotes keputusan hakim garis |
![]() |
Ofisial PERSIB mencoba menenangkan Djadjang |
Skuad PERSIB dalam putaran kompetisi kali ini hampir sama dengan skuad PERSIB pada saat menjuarai Kompetisi Perserikatan 1989/1990. Namun yang pasti dalam komptetisi ini pemain muda Sutiono Lamso permainannya terus mengalami peningkatan dan semakin memperlihatkan ketajamannya sebagai seorang striker. Selain Sutiono, pemain muda lainnya yang mampu mencuri perhatian publik yaitu Nyangnyang, seorang pemain sayap yang memiliki teknik dribble yang membuat bobotoh berdecak kagum. Catatan lain, ini merupakan kompetisi terakhir yang diikuti oleh Adjat Sudradjat bersama PERSIB, pemicunya masih berkisar tentang kekecewaannya terhadap pembagian bonus sebagai pemain yang mengantarkan tim sebagai Juara Perserikatan. Adjat pun berselisih dengan pengurus PERSIB. Meski kemudian ada jalan tengah untuk menyelesaikan kisruh bonus taksi itu --diganti dengan bonus uang yang besarnya bervariasi antara Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta-- Adjat terlanjur kecewa. Ia pun memutuskan untuk hengkang, meninggalkan tim yang sudah dibelanya sejak awal dekade 1980-an. Tim yang ditujunya adalah Bandung Raya.
Categories:
1990