Dalam Kejuaraan Antar Kota Hindia Belanda tahun 1930, prestasi BIVB sedikit membaik. Saat itu BIVB berhasil menjadi juara grup Jawa Barat, padahal saat itu VIJ Jakarta yang notabene "jagoan" berada di pool yang sama. Sebenarnya ketiga tim (bersama PS Sukabumi) yang berada dalam satu grup ini memperoleh poin yang sama, hasil dari sekali menang dang sekali kalah, tapi BIVB unggul dalam selisih gol. Sayang di babak selanjutnya langkah BIVB harus terhenti, ketika dipecundangi 3 raksasa sepakbola saat itu yaitu SIVB Surabaya, VIJ Jakarta,dan Semarang.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB Surabaya, MIVB Magelang, MVB Madiun, VVB Solo, dan PSM Yogyakarta turut membidani kelahiran Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. Perwakilan dari BIVB dalam pertemuan tersebut adalah Mr. Syamsuddin, sang ketua Umum. Setelah melalui perbagai pertemuan akhirnya disepakati berdirinya organisasi induk yang diberi nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1931 dan berkedudukan di Mataram. Sejak tahun itu pulalah kompetisi tahunan antar kota/perserikatan murni diselenggarakan oleh kaum pribumi.
Dalam perkembangan selanjutnya, BIVB kemudian sempat vakum dan muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai Nasionalisme Indonesia, yakni Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung ( PSIB ) dan National Voetbal Bond (NVB).
Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan tersebut sepakat meleburkan diri dan lahirlah perkumpulan sepakbola yang bernama PERSIB dan memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Pada saat itu sebenarnya istilah "Sepakbola" belum umum, orang-orang saat itu menyebut "sepakbola" dengan sebutan "sepakraga". Dengan demikian nama PERSIB pada awalnya adalah kepanjangan dari Persatuan Sepakraga Indonesia Bandung.
Selain PERSIB, di Bandung saat itu ada juga perkumpulan sepakbola yang di motori oleh orang-orang Belanda, yakni Voetbal Bond Bandoeng & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah PERSIB, seolah-olah PERSIB merupakan perkumpulan “kelas 2”. Maklumlah, ketika itu pertandingan-pertandingan yang dilangsungkan oleh PERSIB selalu dilakukan di pinggiran kota Bandung, seperti di Tegallega dan Ciroyom.
Masyarakat Bandung pun ketika itu, lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO, karena lokasi pertandingannya memang dilaksanakan di pusat Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, seperti di lapangan UNI (jalan Karapitan sekarang) dan SIDOLIG (Jalan Ahmad Yani sekarang).
Setelah sekian lama, akhirnya PERSIB memenangkan “perang dingin” dan menjadi perkumpulan sepakbola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun ikut bergabung dengan PERSIB. Bahkan VBBO menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding, yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG, dan Lapangan SPARTA (Stadion Siliwangi sekarang). Situasi ini tentu saja semakin mengukuhkan eksistensi PERSIB di Bandung.
Sekalipun PERSIB baru didirikan, namun PERSIB sudah bisa langsung unjuk gigi di kancah sepak bola nasional. PERSIB memulai debut dalam turnamen resmi. Gelaran 4 besar dilaksanakan pada tanggal 2-5 Juni 1933 di Surabaya. Putaran 4 besar ini diadakan dengan format yang unik (setidaknya untuk saat ini), dimana 4 tim antara lain PERSIB, VIJ Jakarta, SIVB Surabaya, dan PSIM Yogyakarta ini hanya bertanding sebanyak 2 kali. Saat itu PERSIB kebagian melawan SIVB Surabaya dan PSIM Yogyakarta.
Pertandingan pertama melawan tuan rumah SIVB, PERSIB harus puas bermain imbang 2-2. Sementara di pertandingan kedua melawan PSIM, PERSIB berhasil menang 2-0. Dengan perolehan ini, PERSIB harus puas menjadi runner-up, karena tempat teratas direbut oleh VIJ Jakarta yang berhasil menang 2 kali.
Pertandingan pertama melawan tuan rumah SIVB, PERSIB harus puas bermain imbang 2-2. Sementara di pertandingan kedua melawan PSIM, PERSIB berhasil menang 2-0. Dengan perolehan ini, PERSIB harus puas menjadi runner-up, karena tempat teratas direbut oleh VIJ Jakarta yang berhasil menang 2 kali.
![]() |
Suasana Pertandingan PERSIB Tempo Doeloe
|
PERSIB kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, namun keberpihakan belum singgah pada PERSIB. Pada babak 4 besar di bulan Juni 1934 yang digelar di kota Solo, PERSIB lagi-lagi harus puas menjadi runner-up dibawah VIJ Jakarta. Babak ini diikuti oleh 4 tim antara lain PERSIB, VIJ Jakarta, SIVB Surabaya, dan PSM Madiun.
Belum diketahui data yang pasti mengenai kiprah PERSIB Kompetisi di tahun 1935 ini. Yang pasti PERSIB tidak masuk ke dalam 3 besar, dimana juaranya saat itu adalah Persis Solo.
Belum diketahui data yang pasti mengenai kiprah PERSIB Kompetisi di tahun 1935 ini. Yang pasti PERSIB tidak masuk ke dalam 3 besar, dimana juaranya saat itu adalah Persis Solo.
Pada tahun 1936, Bandung lagi-lagi ditunjuk sebagai tuan rumah penyelengaraan Kompetisi Perserikatan. PERSIB kembali masuk final namun keberuntungan belum berpihak ketika Persis Solo mengandaskan impian PERSIB untuk meraih gelar juara. Persis Solo sendiri saat itu tercatat sebagai tim elite persepakbolaan Nasional. Sementara tempat ke-3 diisi oleh PSIS Semarang.
Di masa-masa awal pembentukan ini, Sekretariat PERSIB masih sering berpindah-pindah. Tercatat di tahun 1937, PERSIB berkantor di Gang Parendeng no. 67 (kami tidak tahu di jalan apakah lokasi ini sekarang). Di tahun 1937 juga, sejarah mencatat PERSIB mulai merasakan gelar juara. PERSIB berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final membalas kekalahan tahun sebelumnya atas Persis Solo yang saat itu merajai persepakbolaan Nasional. Pada
final yang digelar pada tanggal 16 Mei 1937 di Stadion Sriwedari Solo dan bermain di
hadapan sekitar 15.000 pendukung Persis Solo, PERSIB dengan mengejutkan
melumpuhkan perlawanan tuan rumah dengan skor tipis 1-0. Bintang PERSIB yang bermain di kompetisi 1937 antara lain : Enang Doerasid, Jasin, Djadja, Midvoor Dia, Hasan Arifin, Ibrahim Iskandar, Saban, Adang, Kucid, Sugondo, Edang. Berkat gelar juara yang diraihnya itu, seluruh pemain PERSIB masing-masing mendapatkan uang saku sebesar F 2,50 (seringgit, dua rupiah, lima puluh sen). Sementara Juara ke-3 direbut oleh PSIT Cirebon dan juara ke-4 diisi oleh PSIM Yogyakarta.
Sebagai juara bertahan, kiprah PERSIB di kompetisi tahun 1938 kurang menggembirakan. PERSIB tidak masuk ke babak 4 besar. Sedangkan yang jadi juara tahun ini adalah VIJ Jakarta.
Pada tahun 1939, saat kompetisi diadakan di kota Yogyakarta, PERSIB berhasil masuk ke babak 3 besar. N amun di babak yang digelar dengan format setengah kompetisi ini PERSIB harus mengakui keunggulan Persis Solo dan PSIM Yogyakarta.
Sebagai juara bertahan, kiprah PERSIB di kompetisi tahun 1938 kurang menggembirakan. PERSIB tidak masuk ke babak 4 besar. Sedangkan yang jadi juara tahun ini adalah VIJ Jakarta.
Pada tahun 1939, saat kompetisi diadakan di kota Yogyakarta, PERSIB berhasil masuk ke babak 3 besar. N amun di babak yang digelar dengan format setengah kompetisi ini PERSIB harus mengakui keunggulan Persis Solo dan PSIM Yogyakarta.
Categories:
1930 - 1939