PERSIB History

Republik Design - Astrajingga Emoticon
WILUJENG TEPANG TAUN PERSIB BANDUNG NU KA 81 TAHUN!! PERJALANAN PANJANG INI MEMBUAT CATATAN SEJARAH SEMAKIN PANJANG DAN KOMPLEKS, MAKA PERSIBhistory AKAN SEGERA BERUBAH TAMPILAN DAN ADA TAMBAHAN FITUR UNTUK LEBIH MEMAKSIMALKAN PENCATATAN SEJARAH DARI KLUB YANG KITA CINTAI INI...


Tahun ini merupakan puncak perseteruan antara Viking dengan The Jak. Permusuhan yang kemudian terus berkobar setelah mereka bertemu di acara Kuis Siapa Berani edisi supporter Indonesia di televisi swasta Indosiar tanggal 12 Maret 2002. Kuis yang diasuh Helmy Yahya dan Alya Rohali tersebut mempertemukan suporter-suporter sepakbola, yakni The Jak, Viking, Pasopati (Solo), Aremania (Malang), dan ASI (Asosiasi Suporter Indonesia).

Pengurus the Jak mengatakan bahwa mereka sempat melarang anggota lain yang tidak berkepentingan di acara kuis untuk tidak datang ke Indosiar. Tetapi karena letak Indosiar tepat berada di Jakarta yang merupakan kandang mereka, akhirnya kedatangan anggota the Jak yang lain ke studio Indosiar tidak dapat dihindarkan. Ini semacam pembalasan dendam terhadap perlakuan kurang simpatik oknum bobotoh saat mereka bertandang ke Bandung tahun 2000.

Kuis yang ditayangkan secara live ke seluruh Indonesia tersebut berhasil mengantarkan Viking sebagai juara dan memenangkan hadiah utama dari acara tersebut. Usai acara, mulailah terjadi peristiwa yang hingga kini membekas di kalangan anggota Viking. Awal keributan mulai terjadi di kantin studio Indosiar jalan Daan Mogot.   

Berita mengenai kejadian di dalam studio ternyata telah menyebar luas ke anggota the Jak yang lain. Di luar gedung, puluhan anggota The Jak siap menghadang Viking tetapi aparat keamanan membubarkan massa yang siap menyerbu Viking. Karena suasana sudah tidak terkendali dan atas inisiatif Polisi dan pihak Indosiar, Viking yang akan kembali ke Bandung langsung diungsikan dengan menggunakan 2 mobil colt milik Indosiar serta satu truk Dalmas dari kepolisian Metro Jaya dengan dikawal 10 anggota polisi hingga pintu tol Kebon Jeruk, polisi menganggap keadaan sudah kondusif. 

Namun dari situlah kejadian tragis dimulai. Di pintu tol Tomang, sebuah mobil Carry abu-abu menghadang jalan satu mobil dari rombongan Viking. Sementara dua pengendara mobil yang mengangkut anggota Viking lainnya yakni mobil Dalmas dan salah satu Colt putih seperti tidak mau ambil resiko untuk berhenti. Di kiri kanan jalan ternyata sudah menunggu puluhan The Jak, akhirnya mobil yang ditumpangi sebagian anggota Viking itu pun menjadi sasaran The Jak, sampai akhirnya terjadilah penyerangan terhadap rombongan Viking di tol Kebon Jeruk. Sebagian kecil dari Viking tersebut mengalami serangan yang tidak seimbang, 9 orang terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Harapan Kita.

Sementara itu, mobil colt yang tersisa melapor ke Pelayanan Masyarakat Polda Metro Jaya, dan akhirnya bantuan datang ke sana. Sayang semua sudah terlambat.  Tak pelak peristiwa itu membuat beberapa media cetak dan elektronik nasional ramai membuat pemberitaan mengenai hal itu. 

Semenjak kejadian Indosiar, Viking berkembang pesat menjadi suporter yang dominan di Bandung. Berbagai atribut yang menyatakan  kebencian kepada the Jak seolah-olah menjadi trend baru di kalangan anggota Viking. Aksi itu pun dibalas serupa oleh The Jakmania di Jakarta.

Sebenarnya banyak pihak yang menyayangkan permusuhan ini dan berinisiatif untuk mempertemukan kedua belah pihak. Tapi perdamaian tersebut selalu menemui jalan buntu dan terus berlanjut tak pernah berhenti (setidaknya hingga tahun 2011 saat tulisan ini dibuat). Bahkan Panglima Viking Ayi Beutik pernah mengeluarkan pernyataan bahwa akan melestarikan permusuhan ini seperti halnya pendukung Barcelona dan Real Madrid di Spanyol.
Siapa yang salah? Biarlah Tuhan yang menilai…… kami tidak peduli dengan permusuhan ini, kami juga tidak peduli dengan perdamaian, yang kami peduli hanyalah kejayaan PERSIB BANDUNG!!! 

Kita kembali ke PERSIB Bandung,  sayangnya permusuhan yang terjadi pada kelompok supporter terbesar PERSIB itu tidak membawa dampak yang baik pada prestasi PERSIB. Pada Liga Indonesia VIII tahun 2002, PERSIB ditangani oleh pelatih Deny Syamsudin yang naik kelas jadi pelatih kepala setelah di musim sebelumnya menjadi asisten pelatih dari Indra Thohir. Meskipun Deny mendatangkan pemain bintang dari luar Bandung seperti gelandang berpengalaman Ansyari Lubis, kemudian winger lincah hasil didikan UNI yang besar di Persija yaitu Budiman, lalu striker Widiantoro dari PSIS, Heri Rafni Kotari (mantan Bandung Raya) dan pemain muda yang berposisi sebagai gelandang bertahan, Hari Saputra (Persikota), tapi mereka tidak berhasil membawa PERSIB kedalam kejayaan. Dengan materi pemain yang dimiliki, PERSIB tak pernah kalah di laga kandang, tetapi kemenangan tak pernah hinggap saat harus menjalani partai tandang. PERSIB pun dibayang-bayangi oleh degradasi, untungnya PERSIB berhasil menggunduli Persikab dengan skor telak 5-0 di partai yang menentukan. Akhirnya PERSIB finish di posisi ke-8 dari 12 peserta di Wilayah Barat, dan terhindar dari degaradasi. 

Skuad PERSIB LI VIII: Cecep Supriatna, Ruhiat, Dadang Hidayat, Nana Supriatna, Budiman, Hendra Komara, Suwita Patha, Aceng Juanda, Hari Saputra, Ansyari Lubis, Yaris Riyadi, Sujana, Asep Dayat, Heri Rafni Kotari, Widiyantoro.

Sebarkan Artikel Ini Melalui : Facebook Twitter Google+
Categories:
Republik Design